Rabu, 15 Mei 2013

Teknik Pembibitan Tanaman Tebu Melalui Kultur jaringan



 
Posted on November 3, 2011 at 9:55 AM 


Tanaman tebu ( Saccaharum officinarum, L ) merupakan tanaman perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya terdapat zat gula. A. Sistematika Tanaman Tebu Devisio : Spermatophyta Sub devisio : Angiospermae Class : Moniocotyledoneae Ordo : Glumiflorae Famili : Poaceae Genus : Shaccharum Spesies : Shaccharum officinarum B. Syarat tumbuh tanaman tebu Syarat tubuh tebu di dalam pembudidayaannya adalah : 1. Curah Hujan Pertumbuhan tanaman tebu pada masa vegetatif menuntut jumlah hujan bulanan minimal 100 mm selama 6-7 bulan sedang masa generatif mentut 2-4 bulan kering untuk proses kemasakan tebu ( curah hujan bulanan kurang dari 100 mm ) sedangkan curah hujan tahunan 1500 – 3000 mm ( Anonymous, 1981 ) Pertumbuhan tebu normal membutuhkan pertumbuhan vegetatif selama 6-7 bulan, dalam masa itu jumlah air yang dibutuhkan untuk evapotranspirasi adalah 3-4 mm air perhari berarti jumlah hujan bulanan selama masa pertumbuhan tebu minimal 100 mm. Lawat fase vegetatif tebu memerlukan 2-4 bulan kering ( <100 mm ) untuk proses kematangan tebu bila curah hujan diatas evapotranspirasi akan berakibat kemasakan tebu terhambat dan kadar gula rendah ( Anonymous, 1981 ) Curah hujan yang tinggi pada waktu tanaman tebu mencapai umur masak akan menyebabkan pembentukan gula rendah. Sebab, sinar matahari terhalangi oleh awan, sehingga proses fotosintesis terhambat sekaligus proses pembentukan gula terhambat, terbentuknya rendemen rendah, dan tebu mencapai masak optimal terhambat pula ( Ahmad Supriyadi, 1992 ) 2. Intensitas cahaya Radiasi sinar matahari dibuthkan untuk membentuk kamar tumbuh akan mengatur pertunasan dan perpanjangan batang tebu serta dipakai untuk fotosintesis yang menghasilkan gula. ( Anonymous, 1981 ) 3. Angin Kecepatan angin kurang dari 10 km/jam sangat baik untuk pertumbuhan tebu, oleh karena itu angin dapat menurunkan suhu dan kadar gas asam arang (CO2) disekitar tajuk tebu. Kecepatan angin lebih dari10 km/jam didertai hujan lebat akan merugikan tanaman tebu karena dapat meningkatkan penguapan (Anonymous, 1981) 4. Suhu Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berksar 24°– 30° C sedangkan beda suhu musiamn tidak lebih dari 6°C. Beda suhu siang dan malam di dataran tidak lebih dari 10°C. 5. Kelembapan Kelembapan nisbi tinggi dapat membentuk kabut yang dapt menghalangi radiasi cahaya matahari sehingga proses fotosintesis terhambat.Kelembapan udara nisbi tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman tebu, asal cukup tersedia air dalam tanah (Anonymous, 1986).
 
Tahapan Kultur Jaringan Tebu :

1. Penyiapan media
Ø Penyiapan tabung-tabung kultur
Ø Penuangan larutan media
Ø Kegiatan pemasakan media
Ø Penutupan tabung-tabung kultur
Ø Kegiatan sterilisasi
Ø Penyimpanan media pada ruang inkubasi media
Media yang digunkan untuk perkembangbiakan kultur jaringan tebu adalah media MS dengan penggunaan ZPT untuk MS I adalah kinetin dan 2,4 D sedangkan pada MS II ZPT yang digunakan adalah kinetin dan IAA ( Komposisi media MS I dan MS II terlampir ). Dalam kegiatan pembuatan media harus menghasilkan media yang bebas dari mikroba. Oleh karena itu media yang dibuat harus disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121ºC, tekanan 1,5 psi selama 30 menit. Kemudian media yang dibuat tersebut dituang dalam botol yang sudah steril tadi lalu ditutup dengan alumunium foil..
Media yang terkontaminasi kemungkinan disebabkan karena kondisi laboratorium dan ruang pertumbuhan yang kurang steril serta tabung kultur yang tidak steril. Kondisi laboratorium yang tidak pernah dilakukan sterilisasi menggunakan formalin kemungkinan juga mempengaruhi proses pembiakan secara kultur jaringan. Penggunaan formalin ditujukan agar dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme phatogen sebagai sumber kontaminan bahkan dapat membuat mikroorganisme tersebut mati. Jadi formalin sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran pembiakan kultur jaringan.

2. Inisiasi
Ø Pengambilan eksplan
Ø Pembersihan eksplan
Ø Persiapan laminar
Ø Kegiatan penanaman/inokulasi
Ø Penyimpanan hasil inisiasi pada rak kultur

Dalam melakukan kegiatan inisiasi pengenalan eksplan sangat dibutuhkan, karena apabila kita mengetahui sifat fisiologi dari eksplan tersebut maka akan lebih mudah dalam melakukan perkembangbiakan secara kultur jaringan ini. Keadaan eksplan juga sangat menentukan sekali dalam kultur jaringan. Apabila keadaan eksplan tersebut tidak sehat atau tidak sesuai dengan kriteria sebagai eksplan yang baik maka kemungkinan besar hasil yang akan di dapat tidak akan optimal.
Adapun kriteria-kriteria tanaman Shaccharum officinarum yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah sebagai berikut: 

Ø Bebas hama dan penyakit

Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai bahan eksplan harus bebas dari hama dan penyakit tanaman. Hama yang biasa menyerang pada tanaman ini adalah penggerek pucuk, penggerek batang. Sedangkan penyakit yang sering muncul adalah penyakit mozaik yang disebabakan oleh virus. Tanda-tanda tanaman Shaccharum officinarum apabila terserang oleh penggerek pucuk adalah terdapat lorong gerek pada ibu tulang daun, deretan lubang gerekan, lorong gerek yang lurus di bagian tengah pucuk tanaman sampai ruas mudadibawah titik tumbuh. Sedangkan tanda-tanda apabila tanaman Shaccharum officinarum terserang penggerek batang adalah timbulnya bercak-bercak putih bekas gerekan pada daun, terdapat lorong gerekan pada bagian dalam pelepah serta terdapat lorong gerekan pada ruas-ruas. Penyakit mozaik yang disebabkan karena virus ini akn menimbulkan noda atau garis berwarna hijau dan kuning pada daun yang sejajar dengan bekas pembuluh.

Ø Umur tanaman Shaccharum officinarum antara 5-6 bulan

Keadaan eksplan dalam umur fisiologi juvenil akan cenderung lebih cepat berkembang dibandingkan dengan eksplan yang umur fisiologinya mendekati masa mature. Bagian tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan yang mempunyai umur fisiologi mendekati mature seringkali mengalami browning yang pada akhirnya akan menimbulkan kematian pada tanaman tersebut.
Inisiasi adalah kegiatan penanaman eksplan pada media buatan yang telah mengandung nutrisi yng dibutuhkan oleh tanaman. Sebelum melakukan kegiatan inisiasi langkah awal yang ahrus dilakukan adalah sterilisasi bahan tanam. Sterilisasi bahan tanaman (eksplan) merupakan hal penting yang dapat menentukan keberhasilan penanaman secara in vitro. Eksplan yang akan ditanam harus bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi kendala utama dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Apalagi pada tanaman tebu yang mempunyai kandungan senyawa fenol yang cukup tinggi. Untuk tanaman Shaccharum officinarum ini tehnik sterilisasi yang digunakan sedikit dengan tanaman yang lainnya, karena eksplan yang diambil dari pucuk berbentuk pelepah yang apabila dilakukan perendaman dengan clorox atau detergent akan menimbulkan kemungkinan browning dan kontaminasi yang cukup besar. Oleh karena itu pada tanaman ini sterilisasi yang dilakukan hanya dengan melakukan penyemprotan dengan alkohol 96 % yang kemudian dibakar diatas lampu bunsen.
Pada divisi inisiasi ini penanam bertugas menyiapkan eksplan dalam kondisi yang steril sehingga dapat ditumbuhkan pada media yang sesuai dengan tanaman tersebut.
Inisiasi tanaman tebu ( Shaccharum officinarum ) :
Ø Sterilisasi eksplan ( diluar laminar ) :
1. Mengambil pucuk tebu ± 4 ruas
2. Mengupas pelepah tebu damn memotongnya menjadi lebih kecil ( ± 20 cm )
3. Mencuci dengan air mengalir
4. Membawa kedalam Laminar
Ø Sterilisasi eksplan ( didalam laminar ) :
1. Menyemprot eksplan menggunakan alcohol 96 %
2. Membakar eksplan yang telah disemprot dengan alcohol pada lampu Bunsen
3. Eksplan siap ditanam
Ø Inisiasi eksplan :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengupas pelepah tebu hingga mendapatkan bagian yang diinginkan
3. Memotong pucuk ± 10 cm
4. Memotong pucuk menjadi lebih kecil ( 2 cm )
5. Menanam pada media MS 1
6. Menyimpan pada ruang pertumbuhan
Dalam inisiasi ini sering terjadi kontaminasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a. Keadaan eksplan
Ekspan yang akan ditanam harus bebas dari hama, penyakit maupun mikroorganisme lain yang kurang menguntungkan untuk tanaman. Umur tanaman juga mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman yang akan digunakan untuk eksplan berumur kurang dari 4-5 bulan maka kemungkinan untuk tumbuh dan berkembang sangat sulit karena tanaman tebu yang masih muda mengandung senyawa fenol yang sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan browning dan pada akhirnya eksplan akan mati. Sedangkan tanaman tebu yang berumur lebih dari 5 bulan akan sulit untuk tumbuh. Hal itu disebabkan karena tanaman berada pada masa matur/pertumbuhan yang lanjut sehingga sifat totipotensi pada sel tersebut sangat sedikit sekali atau bahkan tidak ada.
b. Aseptisitas pekerja
Kebersihan pekerja juga perlu diperhatikan didalam perkembangbiakan secara kultur jaringan ini. Apabila pekerja dalam kondisi yang aseptis maka akan memperkecil kemungkinana terjadinya kontaminasi. Sebelum pekerja memasuki ruang penanaman terlebih dahulu harus mencuci tangan menggunakan sabun antiseptik, kemudian setelah berada diruang penanaman pekerja harus menyemprotkan alkohol pada badan dan tangan hingga lengan.
Keadaan pekerja yang kurang aseptik akan memungkinkan terjadinya kontaminasi. Jadi didalam perkembangbiakan secara kultur jaringan ini keseterilan pekerja juga sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan penanaman.
c. Sterilisasi alat dan bahan
Peralatan yang harus steril adalah laminar AFC , alat-alat diseksi, tabung kultur dan ain-lain. Pada laminar sudah dilengkapi dengan blower, lampu UV sehingga dapat mensterilkan ruangan dalam laminar. Akan tetapi sebelum menggunakan laminar sebaiknya disemprot menggunakan alkohol 70 %. Alat-alat diseksi juga perlu adanya sterilisasi, apabila alat-alat tersebut tidak disterilisasi kemungkinan unutk terjadinya kontaminasi akan besar karena bekas-bekas eksplan ataupun media yang tersisa pada alat-alat diseksi akan mejadi sumber kontaminan. Oleh karena itu alat-alat diseksi juga perlu disterilisasi. Sterilisasi tabung dilakukan menggunakan oven.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan inisiasi/penanaman yakni sebagai berikut :
Ø Alat dan bahan yang dimasukkan dalam laminar harus dipastikan dalam keadaan steril sehingga perlu dilakukan penyemprotan dengan alkohol 70 %
Ø Untuk mengurangi masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan, sebelum membuka tabung kultur sebaiknya mulut tabung digarang pada api terlebih dahulu
Ø Kegiatan penanaman diusahakan dilakukan dengan cepat, karena semakin cepat dilakukan penanaman maka eksplan tidak akan terlalu lama berikatan dengan oksigen sehingga kemungkinan untuk browning semakin kecil

3. Subkultur

Kultur jaringan pada tebu mulai dari eksplan – kalus – tunas – planlet. Kegiatan sub kultur yang dilakukan pada tanaman tebu yang pertama adalah dalam bentuk kalus. Seteleh melakukan penanaman (inisiasi) dalam jangka waktu 1,5 bulan tumbuh menjadi kalus, kemudian kalus tersebut di sub kultur dan ditanam lagi ke media MS I. setelah kalus tadi menjadi banyak maka dilakukan sub kultur ulang dan dipindhkan ke media MS II unutk mendapatkan tunas. Setelah menjadi tanaman lengkap ± 3 – 4 dilakukan sub kultur lagi (rooting) unutk memperbenyak tunas sekaliguas untuk perakaran. Kemudian dari media MS II padat dipindahkan kemedia MS II cair. Planlet yang dipindahkan pada media MS II cair selain untuk mendapatkan akar, planlet yang dipindahkan pada MS II cair beatangnya akan lebih besar dan kuat sehingga kemungkinan untuk hidup pasca aklimatisasi sangat besar. Hal itu disebabkan pada media cair planlet mengadsorsi nutrisi yang terdapat pada media dengan sempurna. Sehingga kebutuhan nutrisi tanaman dapat terpenuhi secara optimal.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam sub kultuur tebu adalah :
· Laminar air flow cabinet
· Alat diseksi
· Lampu spirtus
· Alumunium foil
· Alcohol
· Alcohol rendaman
· Tabung kultur
· Media MS I dan II
Adapun prosedur sub kultur I dan II adalah sebagai berikut :
Ø Menyiapkan alat dan bahan
Ø Membuka alumunium foil sebagai penutup dari tabung kultur yang sebelumnya sudah digarang terlebih dahulu
Untuk SK I
Ø Mengeluarkan kalus dari tabung kultur (untuk SK I )
Ø Memotong-motong kalus menjadi kecil ( sebesar biji kacang hijau )
Ø Menanam pada media SK I
Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil
Ø Menyimpan pada ruang inkubasi
Ø Melakukan pengamatan
Untuk SK II pada media padat
Ø Mengeluarkan planlet dari tabung kultur
Ø Membersihkan planlet dari sisa-sisa agar-agar
Ø Memotong akar yang terlalu panjang
Ø Memangkas / mengurangi daun planlet tebu
Ø Memisahkan planlet yang berumpun menjadi individu
Ø Menanam pada media MS II padat
Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil
Ø Menyimpan pada ruang inkubasi
Ø Melakukan pengamatan
Untuk SK II pada media cair
Ø Mengeluarkan planlet dari tabung kultur
Ø Membersihkan planlet dari sisa-sisa agar-agar
Ø Memotong akar yang terlalu panjang
Ø Memangkas / mengurangi daun planlet tebu
Ø Memisahkan planlet yang berumpun menjadi individu
Ø Menanam pada media MS II cair
Ø Menutup tabung kultur menggunakan alumunium foil
Ø Menyimpan pada ruang inkubasi
4. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan secara kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian menjadi berubah pada lingkungan yang tidak terkendali, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof menjadi tanaman autotrof. Tahap ini tidak kalah pentingnya dalam pembiakan secara kultur jaringan. Apabila dalam tahap aklimatisasi berhasil maka secara keseluruhan perkembangbiakan secara kultur jaringan berhasil pula. Masa aklimatisasi ini merupakan masa kritis bagi tanaman karena tanaman yang semula mendapat nutrisi dari media secara tiba-tiba harus mencari makanan (nutrisi) sendiri.
Pada dasarnya proses aklimatisasi planlet dihadapkan pada :
Ø Kelembaban yang berkurang
Ø Temperatur yang lebih tinggi
Ø Intensitas cahaya yang lebih tinggi
Ø Perlu mengadakan proses fotosintetis
Ø Adanya serangan hama dan penyakit
Dengan demikian agar dapat terhindar dari hal-hal diatas maka perlu diatasi dengan cara sebagai berikut :
1. Penyiapan media planlet
2. Sleksi planlet
3. Pencucian planlet
4. Perlakuan planlet dengan fungisida atau bakterisida
5. Penanaman
6. Pemeliharaan
7. Pemindahan ketempat pembibitan
Aklimatisasi dilakukan apabila planlet sudah mempunyai akar, daun sudah nampak hijau dan mempunyai batang. Aklimatisasi sebaiknya dilakukan di dalam green house atau tempat yang ternaungi. Media untuk aklimatisasi dapat menggunakan dengan perbandingan beberapa bahan tertentu, dalam kegiatan aklimatisasi tanaman tebu menggunkan media campuran antara tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:2
Media yang digunakan dalam kegiatan aklimatisasi sebaiknya disterilisasi terlebih dahulu dengan formalin. Media tersebut dimasukkan kedalam drum kemudian disemprot dengan formalin, lalu didiamkan selama 2 minggu setelah itu media tersebut dijemur hingga formalin menguap. Media yang telah disterilisasi tadi diletakkan dalam bedengan/seed box yang berada didalam screen house. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan aklimatisasi adalah: Alat tulis, bak semai, pisau, gunting, gembor sementara bahannya adalah planlet, media aklimatisasi (campuran antara tanah, pasir dan kompos) dan tali rafia.

Adapun prosedur kerja dalam aklimatisasi tanaman tebu adalah
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mencampur media antara pasir, tanah, kompos dengan perbandingan 1:1:2
3. Mengisi bak semai dengan media yang telah dicampur
4. Mengeluarkan planlet dari botol kultur secara hati-hati
5. Membersihkan akar tanaman dari sisa-sisa agar yang menempel dengan air mengalir.
6. Merendam planlet pada larutan fungisida
7. Memangkas daun dan akar tanaman untuk mengurangi penguapan
8. Menanam planlet pada bedengan/bak semai
9. Menyiram tanaman dengan menggunakan sprayer hingga diperoleh hasil semprotan yang lebih halus.
10. Membersihkan alat yang digunakan
Setelah tanaman selesai ditanam pada bedengan maka dalam rentang waktu 1- 1,5 bulan maka tanaman di pindahkan pada polybag. Dimana alat dan bahan yang diguanakan antara lain adalah polybag, gunting, media pertumbuhan ( tanah, pasir dan kompos ). Adapun prosedur pemindahannya adalah :
Ø Menyiapkan alat dan bahan
Ø Mencabut tanaman yang berasal dari bedengan
Ø Memotong akar ¾ bagian dan memangkas daun yang ada
Ø Memasukkan media tanah, pasir dan kompos dalam polybag
Ø Memisahkan tanaman yang menjadi satu rumpun hingga menjadi tanaman individu
Ø Menanam pada media yang telah disiapkan
Ø Membersihkan alat yang telah digunakan
Ø Menyiram tanaman yang baru dipindahkan tersebut

Setelah tanaman diaklimatisasi tahap selanjutnya adalah perawatan tanaman hasil aklimatisasi. Tanaman yang berada dalam bedengan diberi pupuk ZA 3 gr/liter setiap satu minggu sekali. Selain itu penyirman dilakukan setiap hari selain itu juga rumput perlu disiangi setiap satu munggu sekali. Sedangkan tanaman yang berada di polybag pemumupukan dilakukan setiap satu minggu sekali.

 Sumber : http://mico0355.webs.com/apps/blog/show/10011843-teknik-pembibitan-tanaman-tebu-melalui-kultur-jaringan
SALAM MODIFIKASI,,,,


   Kawasaki memang tidak perlu diragukan lagi dengan kemampuannya yang telah dibuktikannya selama ini. Pabrikan ini memang merk paling banyak penggemarnya terhusus di indonesia, yang membuatnya memiliki harga yang sangat fantastis. Juga tidak rugi untuk membeli bekas maupun baru, karena kawasaki memiliki harga jual yang sangat tinggi. Dan kali ini kita akan membahas salah satu hasil kreasi dari kawasaki yang sampai sekarang telah memiliki tampilan yang lebih segar lagi dari yang sebelumnya, yaitu Kawasaki Ninja 150ss 2013
Ninja 150 SS Hitam
    Sepeda motor ini mengadopsi mesin yang bertenaga 150cc, 2 tak ini seperti dengan akhiran namanya. Yang membuat motor ini sangat mahal walaupun bekas dikarenakan penggemar fanatik kawasaki hususnya kelas 150cc sangat fantastik. Saya rasa, ini dikarenakan kawasaki selama ini telah teruji dengan kehebatannya baik di bagian manapun tidak akan kalah saing dengan merk-merk lainnya, seperti pada bentuknya, performanya dilapangan dan sebagainya. 
    Tapi, kehebatannya juga sebanding dengan harganya sob,, 
      Sepeda motor yang satu ini terbialng cukup mahal bro, jika dibandingkan dengan sepeda motor pasaran yang lain. Motor kelas 150cc aja dijual dengan harga 26 jutaan untuk harga baru, dan samapi sekarang belum pernah kabarnya mengalami penurunan harga yang drastis. Kalau kita  bandingkan dengan motor pabrikan germany yakni minerva, (bukan menjelek-jelekkan ya sob), dengan modal 26 jutaan kita sudah bisa membawa pulang motor yang mempunyai body yang berkelas internasional seperti magelli yang kelasnya 250cc.. wooowww..
      Tapi, kalau di sekmen tentang bahan bakar, nggak usah kaget bro, motor sport ini sangat kehausan bensin, belum lagi oli tambahan yang sering disebut oli samping. Kalau kita sering menggunakan motor matic lalu beralih pada Kawasaki Ninja 150ss ini, sangat terasa pegal dibagian pundak, lengan, dan pastinya kantong bro,, wkwkwk. Bayangkan aja bro, perhitungan BBM nya. Dalam ninja standard mengkonsumsi bensin 30 Km/liter, dan untuk oli samping 200Km/botol nya.
      Kalau masih penasaran dengan ni motor, scrol aja mousenya ke bawah bro, dan kita akan membahas tentang kelemahan dan kelebihannya bro,
KELEMAHAN NINJA 150SS:
1. Harga yang cukup mahal untuk motor sport kelas 150cc
2. Konsumsi bahan bakar yang cukup boros yakni 30km/liter untuk motor 2 tak
3. Membutuhkan oli samping
4. Spare part nya cukup mahal-mahal, (tapi berqualitas)
5. Suara knalpot yang bising (bisa juga kelebihannya)
6. Masih menggunakan pembakaran karbu atau non injeksi yang sedang marak sekarang dan kurang ramah lingkungan dengan asapnya yang banyak
 
Post by : http://blogmodifikasimotor.blogspot.com/2013/04/kawasaki-ninja-150-ss-best-motor-sport.html

Rabu, 13 Maret 2013

BIOLOGI ONLINE

blog pendidikan biologi

TEKNOLOGI PERTANIAN di ERA BIOTEKNOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

 1.1 LATAR BELAKANG
Tempe merupakan salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis bioteknologi. Bioteknologi merupakan bidang ilmu yang vital dan berhubungan dengan tekhnologi pertanian. Metode ini sebenarnya telah di lakukan sejak jaman dahulu, tetapi hal ini belum disadari  oleh masyarakat umum.
Perkembangan bioteknologi pada saat ini sudah semakin maju dan berkembang. Hal tersebut di tandai dengan semakin banyaknya produk bioteknologi di pasaran, diantaranya seperti yoghurt, kefir, dan lain sebagainya. Dengan semakin membanjirnya produk tersebut, maka pengetahuan tentang bioteknologi semakin diperlukan.
1.2 TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai bioteknologi. Dengan adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami peranan bioteknologi dalam kehidupan, terutama dalam bidang teknologi pertanian.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bioteknologi dan Peranannya
Bioteknologi merupakan aplikasi untuk bidang industri yang dibuat dalam teknik dan instrumen dari penelitian biologis yang bertujuan untuk meningkatkan kegunaan tumbuhan dan hewan mikroorganisme untuk penggunaan yang spesifik (Encyclopedia Britannica, 2006).
Dari pengertian diatas terdapat beberapa poin penting pada bioteknologi, yaitu :
  • Aplikasi untuk industri.
  • Pendayagunaan penelitian biologis untuk mengembangkan makhluk hidup yang ada.
  • Penggunaan yang spesifik.
Bioteknologi akan menghasilkan luaran yang disebut GMO ( Genetically Modified Organism ) yang berguna untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Menurut WHO, fungsi dari GMO adalah sebagai berikut:
  • Meningkatkan produktivitas pangan
Dengan adanya GMO maka produksi pangan seperti kecap dan yoghurt bisa berlangsung terus. Produktivitas pangan bisa berlanjut.
  • Meningkatkan nilai nutrisi pangan
GMO dapat meningkatkan nilai nutrisi pangan Lactobacillus acidophilus karena mampu menambahkan nutrisi pada pangan yang dijadikan substrat hidupnya. Mikroba non pathogen antara lain   Lactobacillus  bulgaricus,  Streptococcus thermophillus, dan mikroba yang tergolong probiotik yaitu  dan Bifidobacterium  mampu memproduksi asam asetat  dan beberapa asam amino serta vitamin-vitamin yang diproduksi oleh mikroba, dan  merupakan prekursor pembentukan hemoglobin Asam asetat  dan beberapa asam amino  serta   vitamin-vitamin   yang   diproduksi  oleh   mikroba, adalah  merupakan  precursor pembentukan hemoglobin (Adriani, diakses tanggal 16 Mei 2010).


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  1. Luaran dari bioteknologi merupakan GMO (Genetically Modified Organisms) yang bisa membantu peningkatan produktivitas pertanian.
  2.  Teknologi pertanian yang berhubungan dengan bioteknologi lebih mengarah pada pengolahan pasca panen agar kualitas dan daya tahan bahan segar meningkat.
  3. Teknologi pertanian pada era bioteknologi berperan untuk memudahkan kehidupan konsumen.
3.2   Saran
Sebaiknya pembelajaran mengenai bioteknologi lebih digalakkan lagi agar pengetahuan mengenai bioteknologi dan penerapannya lebih baik lagi.

                                                            

                                                          DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Lovita. Komposisi dan Imbangan Bakteri Pada Pembuatan  Yoghurt Terhadap Nilai
          Hematologik Mencit.http://www.pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 16 Mei 2010.

                                                          BIOLOGI ONLINE

Rabu, 13 Februari 2013

Makalah Tekno Pertanian

Kamis, 16 Februari 2012

MAKALAH TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN SISTEM ORGANIK (TANAMAN PADI, UBI KAYU)

I. PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pada umumnya lahan marginal kurang subur sampai tandus sehingga produktifitasnya rendah, berupa lahan kering dan atau tadah hujan dengan curah hujan yang rendah, vegetasi yang kurang sehingga suhu udara relative tinggi dan ketersediaan sumber air sulit. Keadaan alam yang demikian kurang memberikan peluang akan usaha pertanian baru. Usaha pertanian yang dilakukan oleh petani cenderung seperti yang telah dilakukan oleh petani-petani terdahulu. Mengusahakan komoditas yang memang telah beradaptasi di lingkungan yang demikian bertahun-tahun, dan diusahakan secara tradisional.
 Usaha pembaruan usaha pertanian di lahan marginal bukan tidak dilakukan, tetapi sulit untuk dilakukan oleh petani yang telah menetap bertahun-tahun di lahan yang demikian. Selain itu, pada masa yang lalu, fokus pembangunan pertanian lebih pada peningkatan produktivitas dan produksi, maka penyediaan teknologi pertanian untuk lahan marginal relatif kurang dibandingkan dengan lahan yang lebih produktif seperti lahan sawah. Telah banyak kritik dilontarkan bahwa dalam pembangunan pertanian yang lalu, yang memberi fokus lebih banyak diberikan pada lahan sawah beririgasi. Penyediaan teknologi yang  lebih banyak untuk lahan sawah dan lahan yang memperoleh curah hujan yang cukup untuk budidaya tanaman dan pemeliharaan ternak. Inovasi teknologi padi (Oryza sativa) dan palawija juga lebih banyak tersedia untuk lahan sawah.
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk kandang).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyediakan teknologi yang tepat untuk lahan marginal. Pada umumnya penyediaan teknologi dilakukan melalui penelitian, pengkajian, dan pengembangan teknologi dengan memperhatikan prinsip-prinsip agar teknologi tersebut: (i) Secara teknis layak dimanfaatkan, dalam arti mempunyai potensi untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian, (ii)  Secara ekonomis menguntungkan, dalam arti memberikan peningkatan  keuntungan dengan penerapan teknologi hasil penelitian per satuan luas dan per satuan waktu, umumnya per hektar, dan biasanya diukur dengan ukuran B/C ratio  dsb, (iii) Secara sosial diterima oleh masyarakat tani, dalam pengertian bahwa bila teknologi tersebut dianjurkan penerapannya, maka akan diikuti oleh masyarakat tani, dan (iv) Ramah lingkungan, ialah bahwa teknologi pertanian  yang disediakan tidak merusak lingkungan, terutama lingkungan alam, sehingga sumberdaya alam yang ada terlestarikan.
Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan konsumen. Selama ini limbah organik yang berupa sisa hasil tanaman (jerami, tebon dan hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.


1.2 Tujuan
Mempelajari dan mengetahui teknologi budidaya tanaman pangan (padi, jagung, ubi kayu dll) sistem organik pada lahan marginal dan ramah lingkungan dalam sistem pertanian yang berkelanjutan serta produk yang dihasilkan.
 III. TINJAUAN PUSTAKA

Peranan bahan organik dalam memperbaiki produktifitas tanah  sangat tergantung pada tingkat dekomposisi dan jenis bahan organik. Kesesuaian  antara tingkat dekomposisi  dengan kebutuhan tanaman  perlu diperhatikan  sehingga efektifitas bahan organik  lebih baik. Penambahan salah satu unsur hara dalam tanah dapat menyebabkan unsur hara lain menjadi kekurangan, sedangkan penanaman bibit unggul disertai pemupukan takaran tinggi menyebabkan unsur hara mikro makin terkuras (Widati, 1999).
Pupuk organik cair atau padat yang diaplikasikan pada budidaya tanaman atau peternakan memiliki nilai jual yang lebih tinggi (Kunia, 2008).
Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan mereka (Berkelaar, 2005).
Secara umum, penelitian, pengkajian dan pengembangan pertanian dapat membantu dalam mewujudkan tujuan dasar pembangunan pertanian yaitu: (1) meningkatkan standar hidup petani, (2) meningkatkan ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi, (3) mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja baru dan harga pangan lebih murah, dan (4) menjaga kelestarian sumberdaya terutama
 air, tanah dan vegetasi (Master, 2000).
Pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu sistem produksi pertanian yang menghindarkan atau mengesampingkan penggunaan senyawa sintetik baik untuk pupuk, zat tumbuh, maupun pestisida. Dilarangnya penggunaan bahan kimia sintetik dalam pertanian organik merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi. ( Meke, 2000).
            Sertifikasi produk (istilah ini mencakup juga proses atau jasa) adalah suatu cara untuk menjamin bahwa produk memenuhi standar yang ditetapkan serta dokumen normatif lain. Beberapa sistem sertifikasi produk mencakup pengujian awal produk dan asesmen sistem mutu pemasoknya, diikuti dengan pengawasan terhadap sistem mutu pabrik dan pengujian sampel dari pabrik dan pasar. Sistem lain hanya mengandalkan pengujian awal dan pengujian survailen, sedang sistem lain lagi hanya terdiri dari pengujian tipe. Lembaga sertifikas digunakan untuk setiap lembaga yang melaksanakan sistem sertifikasi produk berdasarkan SNI. (Seran, 2001).
Kata "produk" digunakan dalam arti yang luas termasuk proses dan jasa; kata "standar" mencakup pula dokumen normatif lain seperti spesifikasi atau peraturan teknis. Sistem sertifikasi yang digunakan lembaga sertifikasi dapat mencakup satu atau lebih hal berikut:
1. Pengujian jenis atau pemeriksaan;                                                                       
2. Pengujian atau inspeksi contoh yang berasal dari pasar atau dari persediaan pemasok atau dari kombinasi keduanya;
3. Pengujian atau inspeksi setiap produk atau produk tertentu, baik yang baru atau yang sudah dipakai;
4. Pengujian atau inspeksi kelompok;
5. Penilaian desain.
(Murdeleno, 2000).
            Pelabelan adalah pencantuman/pemasangan segala bentuk tulisan, cetakan atau gambar yang ada pada label yang menyertai produk pangan,yang berisi keterangan identitas produk tersebut atau dipajang dekat dengan produk pangan, termasuk yang digunakan untuk tujuan promosi penjualan atau pembuangannya.(Suhartina, 2005).
Pemasangan label logo organik hanya dapat dilakukan setelah produk itu dinyatakan “organik” (disertifikasi organik) oleh lembaga sertifikasi yang terakreditasi. (Karama, 2003).
Namun demikian, produsen dapat menyatakan (claim) bahwa produknya organik asalkan tidak mencantumkan logo organik dimaksud. Hal ini berdasarkan prinsip pernyataan diri (self claim), pernyataan pihak kedua (second parties) dan sistem penjaminan partisipatif (participatory guarantee system).
Tata Cara Pelabelan Produk Organik
1. Pangan yang dapat dilabel organik adalah pangan yang telah memenuhi persyaratan sebagai pangan organik dan dibuktikan dengan sertifikat organik;
2. Sertifikat sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diterbitkan oleh LSPO yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional;
3. Produk organik yang mengalami proses pengemasan ulang atau pedoman pelabelan produk pangan organic pengolahan lebih lanjut tidak diperbolehkan dilabel organik sebelum dilakukan sertifikasi ulang;
4. Pada label produk organik dapat dicantumkan tulisan organik dan logo organic.
5. Tulisan sebagaimana dimaksud pada nomor 4 dicantumkan setelah
penulisan nama jenis produk;
6. Tulisan organik sebagaimana dimaksud pada nomor 5 harus proporsional dan tidak boleh lebih besar dari nama jenis produk.
(Anonim, 2002).


III. PEMBAHASAN


Lahan kering mempunyai permasalahan dalam hal konservasi lahan dan air yang penanggulangannya menghadapi tantangan dari tingginya angka kemiskinan di
daerah tersebut. Upaya peningkatan pendapatan petani di lahan kering telah
banyak dilakukan melalui berbagai pendekatan. Teknologi pertanian membantu petani untuk meningkatkan produksi tanaman pangan dengan biaya produksi per hektar yang lebih rendah. Karenanya, Croplife mendukung terbukanya kesempatan petani Indonesia dalam mengakses inovasi seperti penggunaan variaso benih dan bioteknologi.
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan konsumen. Selama ini limbah organik yang berupa sisa hasil tanaman (jerami, tebon dan hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud.
Gambar 1. Pertanian organik
Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms). GMO adalah definisi untuk organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika: Organisme hasil rekayasa/modifikasi genetika dan produknya, diproduksi melalui teknik dimana bahan genetika telah diubah dengan cara-cara yang tidak alami. Teknik rekayasa genetika termasuk, tetapi tidak terbatas untuk: rekombinasi DNA, difusi sel, injeksi mikro dan makro, enkapsulasi, penghilangan dan penggandaan gen. Organisme hasil rekayasa genetika tidak termasuk organisme yang dihasilkan dari teknik-teknik seperti konjugasi, transduksi dan hibridisasi. Seluruh bahan dan/atau produk yang dihasilkan dengan rekayasa genetika/modifikasi genetik (GEO/GMO) adalah tidak sesuai dengan prinsip-prinsip produksi organik (baik budidaya, proses manufaktur atau pengolahannya).
2. Menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan dengan cara mekanis, biologis, dan rotasi tanaman.
3. Menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis. Kesuburan dan produktivitas tanah ditingkatkan dan dipelihara dengan menambahkan residu tanaman, pupuk kandang, dan batuan mineral alami, serta penanaman legum dan rotasi tanaman.
4. Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.
Pertanian organik didasarkan pada sejumlah prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan pertanian organik. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Prinsip kesehatan.
Pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuandan tak terpisahkan.
2. Prinsip ekologi.
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja meniru dan berusaha memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
3. Prinsip keadilan.
Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama.
4. Prinsip perlindungan.
Pertanian organik harus dikelola secara hati-hati bertanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan hidup.   
Sejumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi:
1. Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat;
2. Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
3. Meningkatnya pendapatan petani;
4. Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
5. Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang;
6. Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;
7. Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di perdesaan.
8. Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan.
Dengan demikian, pertanian organik akan meningkatkan ketahanan pangan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup.
  Produksi beras dewasa ini masih bertumpu  pada potensi lahan irigasi. Untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pemupukan perlu di tetapkan rekomendasi pemupukan yang tepat guna. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Peranan bahan organik dalam memperbaiki produktifitas tanah  sangat tergantung pada tingkat dekomposisi dan jenis bahan organik. Kesesuaian  antara tingkat dekomposisi  dengan kebutuhan tanaman  perlu diperhatikan  sehingga efektifitas bahan organik  lebih baik. Beras Organik adalah pangan organik yang berasal dari sebuah System Pertanian Organik bertujuan untuk memelihara Ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, melakukan pengendalian gulma,serta hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman,manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan hayati,tidak digunakan pupuk kimia dan Pestisida beracun. Beras organik, beras yang bebas dari pestisida, pewarna dan bahan kimia lainnya, sehingga sangat aman dan sehat dikonsumsi oleh balita, orang dewasa, maupun para manula.
Beras organik ada beberapa macam warna yakni, hitam, merah,coklat dan putih. Tak heran kalau masyarakat sering menyebutnya beras herbal. Aroma dan rasa beras organik Indonesia bila sudah dimasak sangat berbeda dibanding beras organik yang berasal dari India, Thailand atau negara lainnya. Beras organik dari Indonesia mempunyai keunggulan rasa lebih enak karena struktur tanahnya. Aromanya harum dan tahan lama penyimpanannya. Keunggulan Beras Organik dari Beras Non Organik adalah: Memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, Kandungan glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai, Aman dan sangat baik dikonsumsi penderita Diabetes, Aman dikonsumsi oleh penderita Diabetes, Baik untuk program diet, Mencegah kanker,jantung,asam urat,darah tinggi, dan vertigo. Cara penanamannya pun berbeda dengan beras “biasa” misalnya pengairan sawah tidak boleh dicampur dengan sawah yang menggunakan pupuk maupun pestisida kimia, hal ini berlaku pula untuk proses penggilingan yang juga tidak boleh dicampur dengan beras ‘biasa’.
Gambar 2. Tanaman Padi (Oryza sativa).
 panen_padi_organik_3129762p
Gambar 3. Petani di Desa Gentasari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memanen padi       organik.
soewardi-015
Nama petani : Drs. H.Soewarno
Dukuh Ngantulan , Ds.Bulu, Kec.Balen Kab. Bojonegoro
Gambar 4. Petani beras organik.
Beras Organik / Organik Rice           
Gambar 5. Produk beras organik.
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) juga merupakan makanan pokok. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk kandang).
       
Gambar 6. Ubikayu (kiri) dan daun tanaman ubikayu (kanan).
Gambar 7. Petani ubikayu organik.
Teknik budidaya ubikayu dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Bahan Tanaman
Tanaman ubikayu sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan setek dengan panjang 20 cm.
2. Pengolahan tanah
Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak dengan ternak. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda (double row) yaitu 80 cm dan 160 cm.
3. Sistem tanam
Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam ubikayu baris pertama (160 cm x 80 cm) dan baris kedua (80 cm x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar.
Gambar 8. Tataletak penanaman ubikayu dengan sistem tanam double row
4. Pemupukan.
Untuk memperoleh hasil ubi kayu yang tinggi pemupukan sangat diperlukan, mengingat tanaman ini banyak dibudidayakan pada lahan yang tanahnya mempunyai kesuburan sedang sampai rendah seperti tanah Alfisol (Mediteran), Oxisol (Latosol), dan Ultisol (Podsolik). Karena relatif banyak membutuhkan hara N dan K, ubi kayu tanggap terhadap pemupukan unsur hara tersebut.
5. Pemeliharaan.
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan jumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman.
6. Panen.
Panen dapat dilakukan pada umur 10 bulan sampai 12 bulan. Panen dilakukan dengan mencabut ubikayu dan memisahkan umbi dari batang.
7. Pascapanen
Secara umum pengolahan pasca panen ubikayu digunakan untuk membuat tepung tapioka, tepung kasava, kue, mie, dan lain-lain. Pembuatan tapioka sebagian besar dilakukan oleh parbrik besar dengan teknologi modern.
Pengolahan ubikayu menjadi tepung kasava:
1. Pengupasan
Melepaskan kulit ubikayu dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau dapur atau pisau khusus.
Gambar 9. Pengupasan kulit ubikayu
2. Pencucian
Ubikayu yang telah dikupas segera dicuci dengan air didalam bak untuk menghilangkan kotoran yang menempel selama pengupasan.
Gambar 10. Pencucian ubikayu yang telah dikupas
3. Penyawutan
Penyawutan dilakukan dengan alat perajang yang digerakkan tenaga motor dengan kapasitas 1 ton ubikayu segar/jam/unit mesin penyawut.
Gambar 11. Penyawutan ubikayu
4. Perendaman
Sawut yang dihasilkan direndam dalam larutan yang dicampur dengan ragi singkong untuk menghilangkan bau singkong dan membuat putih sawut yang dihasilkan. Perendaman dilakukan selama 15 jam, lalu dicuci kembali agar bersih.
Gambar 12. Perendaman ubikayu
5. Pengepresan
Pengepresan untuk mempercepat mengurangi kandungan air pada sawut. Sawut yang dipres membutuhkan waktu pengeringan dengan matahari 14-16 jam, sedangkan yang tidak dipress membutuhkan waktu 30-40 jam.
Gambar 13. Pengepresan sawut ubikayu
6. Pengeringan
Sawut dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari hingga kadar air 14%.
7. Penepungan
Penepungan dilakukan menggunakan mesin penepung dengan ukuran kehalusan 80 mesh.
Gambar 14. Penepungan
8. Pengemasan dan penyimpanan
Tepung disimpan dalam kantong plastik dengan kadar air tepung < 12%. Daya simpan tepung kasava cara ini dapat mencapai 6 bulan.
Gambar 15. Produk tepung kasava.
Selain tepung kasava yang dapat diproduksi dari ubikayu, ubikayu juga dapat diolah menjadi jajanan tradisional yang lezat seperti tape bakar khas Bondowoso.
Gambar 16. Tape hasil olahan dari ubikayu.
Kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi produk pangan organik, hal ini ditunjukkan dengan lebih besarnya permintaan daripada penawaran yang tersedia. Sehingga dari pangan yang dihasilkan melalui sistem pertanian organik rata-rata lebih tinggi dari pada pertanian konvensional.
Penghargaan konsumen terhadap produk ini antara lain dinilai dari sisi pemeliharaan ekosistem dan kelestarian lingkungan, dengan cara mencermati sifat alam dan bersahabat dengan semua rantai ekosistem, sehingga dapat menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia termasuk pestisida dan pupuk ini sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu aman dikonsumsi.
Pada umumnya, pengertian pelaku agribisnis tentang pangan organik ini seringkali keliru, apabila sudah tidak diproduksi dengan bahan kimia sintetis, termasuk pupuk atau pestisida, maka produk dapat dijual dengan label organik. Pengertian tersebut menyesatkan karena apabila lahan pernah digunakan untuk pertanian konvensional yang menggunakan bahan kimia, perlu masa konversi untuk mendegradasi bahan kimia yang tersisa dalam tanah. Pada masa konversi ini produk biasanya dikatakan sebagai transisi organik atau saat ini ada yang menyebut GO-ORGANIK.
Setelah melalui masa konversi atau jangka waktu tertentu yang ditetapkan, produk hasil dari lahan tersebut dan diproduksi dengan sistem pertanian organik, baru dapat label organik. Persyaratan inilah yang sering dilupakan oleh pelaku agribisnis. Persyaratan lain yang penting dalam produk pangan organik antara lain tidak menggunakan produk GMO dan diproduksi tanpa irradiasi. Mekanisme pemberian sertifikat nantinya akan dilakukan oleh lembaga verifikasi (pemerintah atau swasta yang ditunjuk) melalui kegiatan verifikasi oleh tim (ahli dibidang organik) ke lapangan produsen. Hasil dari verifikasi ini akan menentukan suatu perusahaan atau produsen pangan organik berhak atau tidaknya melabel produknya sebagai organik sesuai dengan permohonannya. Manfaat sertifikasi adalah melindungi produsen organik dari penipuan produk organik yang diakui organik, melindungi konsumen dari penipuan dan segala bentuk kecurangan serta klaim produk yang tidak berdasar organik, alat pemasaran yang ampuh, dapat membedakan produk unggulan dengan yang biasa, mendidik produsen untuk meningkatkan mutunya dll.
Saat ini ada ratusan badan sertifikasi organik dan ahli organisasi di seluruh dunia.
Internationally-diakui badan sertifikasi. Namun, biasanya ahli IFOAM (Persekutuan Antarabangsa Gerakan Pertanian Organik) yang merupakan organisasi payung lebih daripada 750 ahli di 108 negara. IFOAM menjalankan Sistem Jaminan Organik yang membolehkan sertifikasi organik menjadi IFOAM Accredited. Global besar lain termasuk pertubuhan keahlian Organic Crop Improvement Association (OCIA) dan Ecocert. Di Asia, Jepun Agricultural Standard (JAS) adalah Japans dijalankan oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Sertifikasi terhadap standard penting ini boleh diberikan oleh pertubuhan-pertubuhan antarabangsa. Di China, Pusat Pembangunan Makanan Organik (OFDC). Akreditasi IFOAM menyediakan perkhidmatan sertifikasi organik yang memenuhi Standar Produk Organik Kebangsaan China juga sebagai Standar Sertifikasi OFDC organik.

IV. KESIMPULAN


4.1 Kesimpulan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan petani dan konsumen.
2. Dalam prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara, antara lain menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO = genetically modified organisms), menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari penggunaan zat pengatur tumbuh (growth regulator) dan pupuk kimia sintetis, Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis dalam makanan ternak.
3. Pertanian organik didasarkan pada sejumlah prinsip-prinsip, yaitu prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan, dan prinsip perlindungan.
4. Keuntungan yang dapat diperoleh dari aktivitas pertanian organik meliputi:
a)      Dihasilkannya makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat;
b)      Terciptanya lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
c)      Meningkatnya pendapatan petani;
d)     Minimalnya semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
e)      Meningkat dan terjaganya produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang;
f)       Terpeliharanya kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan;
g)      Terciptanya lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di perdesaan.
h)      Meningkatnya daya saing produk agribisnis secara berkelanjutan.
6. Beras Organik adalah pangan organik yang berasal dari sebuah System Pertanian Organik bertujuan untuk memelihara Ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, melakukan pengendalian gulma,serta hama dan penyakit, melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan ternak, seleksi dan pergiliran tanaman,manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan hayati,tidak digunakan pupuk kimia dan pestisida beracun.
7. Keunggulan Beras Organik dari Beras Non Organik adalah: Memiliki kandungan nutrisi dan mineral tinggi, Kandungan glukosa,karbohidrat dan proteinnya mudah terurai, Aman dan sangat baik dikonsumsi penderita Diabetes, Aman dikonsumsi oleh penderita Diabetes, Baik untuk program diet, Mencegah kanker,jantung,asam urat,darah tinggi, dan vertigo.
8. Penggunaan doble row ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besar-besar.
9. Manfaat sertifikasi adalah melindungi produsen organik dari penipuan produk organik yang diakui organik, melindungi konsumen dari penipuan dan segala bentuk kecurangan serta klaim produk yang tidak berdasar organik, alat pemasaran yang ampuh, dapat membedakan produk unggulan dengan yang biasa, mendidik produsen untuk meningkatkan mutunya dll.
 DAFTAR PUSTAKA


Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-6729-2002 Tentang Sistem Pangan Organik. 2002.
Barkelaar. 2005. Perakitan SUT Lahan Kering Spesifik Lokasi di Kawasan Oesao. Kecamatan Kupang Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Karama, S. 2003. Potensi, Tantangan dan Kendala Ubi Kayu dalam Mendukung Ketahan Pangan. Jakarta: Balai Pustaka.
Kunia, Kabelan. 2008. Pupuk Organik Atasi Degradasi Kesuburan. http: //express. com/w3jbiopupuk/vol 8/Kunia/index. Html. [Kamis. 14 Agustus 2008].
Master, W. A. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide. Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Meke, D. 2000. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Murdeleno. 2000. The Economic Impact of Agricultural Research: A Practical Guide. Department of Agricultural Economic. Purdue University USA.
Seran. 2001. Pengkajian Sistem Usaha Tani Lahan Pekarangan di NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.
Suhartina. 2005. Deskripsi Varietas Unggul Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. 154p.
Widati. 1999. Pengkajian SUP di Kabupaten Belu, NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kupang. Kupang.   

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar